Instalasi Pengolahan Air Limbah dan Biogas dari Limbah Tahu di Desa Sokaraja Tengah ini Alhamdulillah telah beroperasi lebih dari 6 bulan. Satu unit IPAL dan Biogas dari limbah tahu ini dibuat oleh Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Banyumas dengan menerapkan teknologi dari Kementerian Ristek.
IPAL yang berkapasitas mengolah limbah kurang lebih 5000 liter per hari ini telah menghasilkan biogas yang dapat dimanfaatkan oleh 26 rumah tangga. Namun selama beroperasi memang ada beberapa kendala yang terjadi, sampai-sampai produksi biogas sempat turun dan masyarakat hanya bisa memanfaatkan biogas secara bergiliran 3 hari sekali.
Memang ada beberapa evaluasi dari perencanaan serta operasional IPAL tahu ini, diantaranya laru (limbah cair tahu) tidak langsung ditampung dalam pipa jaringan air limbah. Selama ini pengrajin tahu membuang laru begitu saja ke lantai tempat masak, baru setelah itu limbah mengalir ke pipa. Hal ini terkadang menyebabkan tercampurnya laru dengan cairan limbah lain (cucian, air hujan, dll). Disamping itu, laru bersifat sangat asam sehingga menggerus lantai yang diplester, akibatnya pasir pada lantai yang tergerus ikut terbawa ke jaringan pipa. Disamping itu, kurangnya disiplin pengrajin tahu yang terkadang membiarkan sampah plastik ikut terbawa ke jaringan pipa menyebabkan terakumulasinya sampah dan pasir di bak penampung awal. Hal ini menyebabkan kinerja pompa menurun, bahkan terjadi penyumbatan.
Dari permasalahan ini, telah dilakukan usaha untuk meningkatkan kembali produksi biogas. Diantaranya dengan menguras semua limbah pada bak penampung awal, menguras sebagian kecil sludge pada digester, dan membersihkan pompa. Setelah itu limbah dialirkan sebagaimana biasanya dengan menambah kapasitas limbah yang dipompakan ke digester. Dengan perlakuan ini ternyata biogas yang dihasilkan jauh lebih banyak dibanding sebelumnya.
Warga Grumbul Muntuk ini sekarang telah dapat memanfaatkan biogas setiap hari tanpa harus bergiliran karena peningkatan produksi biogas ini cukup signifikan. Jika dibandingkan dengan menggunakan minyak tanah atau LPG, tentunya biogas ini menjadi murah meriah bagi warga dan sangat menghemat pengeluaran ekonomi mereka. Jika diasumsikan pemakaian biogas tiap rumah tangga 2 jam per hari, dengan jumlah pemakai kompor biogas 26 rumah tangga, maka biogas yang dihasilkan IPAL ini per hari dapat mencapai kurang lebih 24 m3 biogas atau setara dengan 11 kg elpiji per hari atau 15 liter minyak tanah per hari. Dengan demikian dari 26 warga ini telah dapat menghemat setidaknya 1,65 juta rupiah per bulan, dan selama setahun nilai biogas yang dihasilkan IPAL tahu ini setara dengan 19,8 juta rupiah. Tentunya jumlah ini cukup banyak menguntungkan bagi pengguna biogas di Grumbul Muntuk ini disamping juga ramah lingkungan (penanggulangan pencemaran air dan mitigasi gas rumah kaca), sehingga teknologi ini perlu lebih banyak lagi diterapkan dan dikembangkan di tempat lain.
Kamis, 09 Juni 2011
Minggu, 29 Mei 2011
Polisi Peduli Lingkungan
Setiap ada tindakan pidana, polisi siap sergap. Dalam hal lalu lintas pun, polisi tak kalah banyak, selalu siap bertindak. Bahkan saat ini, di setiap Bank pun ada polisi siap siaga. Saya jadi berpikir, seandainya ada Polisi Peduli Lingkungan atau boleh saja disingkat PolLink, yang siap bertindak dalam menjaga kelestarian lingkungan.
Berandai-andai boleh saja kan... Seandainya ada Polisi Peduli Lingkungan, maka jika ada yang buang sampah dan/atau merokok sembarangan,langsung kena denda... jika ada yang buang limbah ke sungai, langsung cekal..jika ada yang tebang pohon sembarangan atau membakar hutan, langsung hajarr.. Jika ada pabrik mencemari lingkungan, segera tutup... Kalau begini pasti tidak ada yang berani merusak atau mencemari lingkungan. Semua bersih, sehat, tertib, rapi, indah, nyaman, idaman setiap orang.
Ya, saya berandai-andai ada Polisi Peduli Lingkungan karena terkadang masyarakat kita perlu "pemaksaan" dalam hal penerapan aturan. Contohnya saja dalam hal berlalu lintas, jika polisi berjaga di posnya, mana ada yang berani menerobos lampu merah? Maka jika ada polisi berjaga di Pos 'Lingkungan', siapa juga yang hendak melanggar.
Mungkin kurang tepat jika saya hanya mengandaikan penegasan aturan melalui Polisi Peduli Lingkungan, karena akan terasa berat tanpa adanya kesadaran individu/kelompok/institusi. Namun menunggu penyadaran rasanya cukup sulit. Terkadang harus ada bencana atau musibah terlebih dahulu agar masyarakat sadar. Padahal berapa banyak kerugian yang dapat ditimbulkan akibat bencana, tentunya tidak sedikit, bahkan dapat merenggut nyawa. Meskipun demikian, proses penyadaran lingkungan sangatlah mungkin untuk dilakukan, tentunya dengan keikutsertaan semua pihak, dari pemerintah hingga seluruh lapisan masyarakat.
Nah, mungkin yang lebih tepat adalah menyertai penyadaran lingkungan dengan penegakan aturan. Agar setiap insan mampu melaksanakan kewajiban penjagaannya terhadap lingkungan, karena bumi ini hanyalah titipan Allah untuk kita, generasi sebelum kita, dan generasi setelah kita. Mari jaga bumi kita.
Polisi Peduli Lingkungan, Why not!!
Berandai-andai boleh saja kan... Seandainya ada Polisi Peduli Lingkungan, maka jika ada yang buang sampah dan/atau merokok sembarangan,langsung kena denda... jika ada yang buang limbah ke sungai, langsung cekal..jika ada yang tebang pohon sembarangan atau membakar hutan, langsung hajarr.. Jika ada pabrik mencemari lingkungan, segera tutup... Kalau begini pasti tidak ada yang berani merusak atau mencemari lingkungan. Semua bersih, sehat, tertib, rapi, indah, nyaman, idaman setiap orang.
Ya, saya berandai-andai ada Polisi Peduli Lingkungan karena terkadang masyarakat kita perlu "pemaksaan" dalam hal penerapan aturan. Contohnya saja dalam hal berlalu lintas, jika polisi berjaga di posnya, mana ada yang berani menerobos lampu merah? Maka jika ada polisi berjaga di Pos 'Lingkungan', siapa juga yang hendak melanggar.
Mungkin kurang tepat jika saya hanya mengandaikan penegasan aturan melalui Polisi Peduli Lingkungan, karena akan terasa berat tanpa adanya kesadaran individu/kelompok/institusi. Namun menunggu penyadaran rasanya cukup sulit. Terkadang harus ada bencana atau musibah terlebih dahulu agar masyarakat sadar. Padahal berapa banyak kerugian yang dapat ditimbulkan akibat bencana, tentunya tidak sedikit, bahkan dapat merenggut nyawa. Meskipun demikian, proses penyadaran lingkungan sangatlah mungkin untuk dilakukan, tentunya dengan keikutsertaan semua pihak, dari pemerintah hingga seluruh lapisan masyarakat.
Nah, mungkin yang lebih tepat adalah menyertai penyadaran lingkungan dengan penegakan aturan. Agar setiap insan mampu melaksanakan kewajiban penjagaannya terhadap lingkungan, karena bumi ini hanyalah titipan Allah untuk kita, generasi sebelum kita, dan generasi setelah kita. Mari jaga bumi kita.
Polisi Peduli Lingkungan, Why not!!
Senin, 23 Mei 2011
Komposter Keranjang Bambu
Terinspirasi dari Keranjang Takakura (alat pengomposan skala rumah tangga yang ditemukan Pusdakota bersama Pemerintah Kota Surabaya, Kitakyusu International Techno-cooperative Association, dan Pemerintahan Kitakyusu Jepang pada tahun 2005), kali ini saya mencoba menggunakan keranjang bambu sebagai alat pengomposan. Karena saya ingin mencoba model pengelolaan sampah organik yang murah meriah, sehingga lebih mudah diaplikasikan oleh seluruh lapisan masyarakat. Isi boleh sama, tapi kemasan berbeda.
Keranjang Bambu merupakan media yang sangat banyak kita jumpai dimanapun, dan harganya pun relatif lebih murah. Penggunaan keranjang bambu ini biasanya hanya sebatas untuk menampung sampah, sebagaimana yang sering kita lihat, tentunya sampah-sampah yang ditampung adalah sampah yang belum terpilah. Kali ini, coba kita praktikkan penggunaan keranjang bambu untuk komposter rumah tangga.
Sebagai warga negara yang baik, mari kita kita coba laksanakan apa yang diamanatkan oleh Undang-Undang no.18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah. Dalam Undang-undang tersebut disebutkan : "Setiap orang dalam pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga wajib mengurangi dan menangani sampah dengan cara yang berwawasan lingkungan". Nah, untuk itu mari kita pilah sampah mulai dari rumah kita masing-masing, pisahkan sampah anorganik dan sampah organik. Sampah anorganik masih bisa kita perlakukan 3R (Reuse, Reduce, Recycle) atau dijual, lumayan menghasilkan nilai ekonomis, sedangkan sampah organik kita persiapkan untuk dikomposkan menggunakan Keranjang Bambu.
Untuk membuat Komposter keranjang bambu mudah saja. Alat dan Bahan yang kita perlukan adalah :
- 1 Keranjang Bambu
- 1 Tutup keranjang Bambu (bisa dibeli dalam bentuk tampah)
- Kardus bekas (ukuran yang bisa dimasukkan ke keranjang bambu)
- 2 Bantalan sekam atau bantalan styroform (sekam/styroform dimasukkan ke dalam net, dibentuk seperti bantal seukuran alas dan atap keranjang)
- Kompos yang sudah jadi (secukupnya)
- 1 Pengaduk (bisa digunakan soled kayu, atau bilah)
- sampah organik (sisa sayuran, sisa makanan, kulit buah, dedaunan, dll)
Adapun pembuatan kompos menggunakan komposter bambu tersebut adalah sebagai berikut :
- Siapkan keranjang bambu, lapisi bagian dalamnya dengan kardus bekas
- Masukkan 1 buah bantalan sekam/styroform ke dasar keranjang
- Taburkan kompos yang sudah jadi di atas bantalan
- Masukkan sampah organik yang telah dipotong kecil-kecil, aduk merata dengan kompos yang sudah jadi.
- Tutup campuran sampah tersebut dengan bantalan sekam/styroform, lalu tutup keranjang tersebut dengan tutup bambu (tampah)
- Letakkan komposter pada tempat yang sejuk, tidak terkena matahari langsung ataupun hujan. Hindarkan juga dari hewan seperti tikus ataupun kecoa.
- Setiap hari, masukkan sampah organik ke dalamnya dan diaduk, lalu tutup kembali keranjang. Proses memasukkan sampah dilakukan hingga keranjang penuh.
- Setelah penuh, biarkan sambil sesekali diaduk, setelah 4 minggu sampah-sampah organik telah menjadi kompos dan siap digunakan.
- Kompos yang telah matang berwarna hitam dan seperti tanah.
Terkadang timbul masalah dalam pembuatan kompos, diantaranya timbul belatung dan bau. Untuk mengatasi timbulnya belatung, cukup taburkan kapur kedalam komposter, sedangkan untuk mengatasi bau masukkan ampas kopi, atau kulit jeruk, atau letakkan dekat tanaman penyerap bau seperti sansiviera (jenis tanaman lidah mertua dll).
Mudah bukan pembuatannya, dan tentunya murah meriah jika dibandingkan membuat komposter menggunakan keranjang plastik. Kompos yang dipanen dapat kita gunakan untuk tanaman di rumah , di kebun, atau bahkan di sawah, atau dapat dijual juga. Penggunaan kompos (pupuk organik) ini lebih aman pada tanah dan tanaman dibandingkan dengan penggunaan pupuk kimia. Selamat mencoba…
Keranjang Bambu merupakan media yang sangat banyak kita jumpai dimanapun, dan harganya pun relatif lebih murah. Penggunaan keranjang bambu ini biasanya hanya sebatas untuk menampung sampah, sebagaimana yang sering kita lihat, tentunya sampah-sampah yang ditampung adalah sampah yang belum terpilah. Kali ini, coba kita praktikkan penggunaan keranjang bambu untuk komposter rumah tangga.
Sebagai warga negara yang baik, mari kita kita coba laksanakan apa yang diamanatkan oleh Undang-Undang no.18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah. Dalam Undang-undang tersebut disebutkan : "Setiap orang dalam pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga wajib mengurangi dan menangani sampah dengan cara yang berwawasan lingkungan". Nah, untuk itu mari kita pilah sampah mulai dari rumah kita masing-masing, pisahkan sampah anorganik dan sampah organik. Sampah anorganik masih bisa kita perlakukan 3R (Reuse, Reduce, Recycle) atau dijual, lumayan menghasilkan nilai ekonomis, sedangkan sampah organik kita persiapkan untuk dikomposkan menggunakan Keranjang Bambu.
Untuk membuat Komposter keranjang bambu mudah saja. Alat dan Bahan yang kita perlukan adalah :
- 1 Keranjang Bambu
- 1 Tutup keranjang Bambu (bisa dibeli dalam bentuk tampah)
- Kardus bekas (ukuran yang bisa dimasukkan ke keranjang bambu)
- 2 Bantalan sekam atau bantalan styroform (sekam/styroform dimasukkan ke dalam net, dibentuk seperti bantal seukuran alas dan atap keranjang)
- Kompos yang sudah jadi (secukupnya)
- 1 Pengaduk (bisa digunakan soled kayu, atau bilah)
- sampah organik (sisa sayuran, sisa makanan, kulit buah, dedaunan, dll)
Adapun pembuatan kompos menggunakan komposter bambu tersebut adalah sebagai berikut :
- Siapkan keranjang bambu, lapisi bagian dalamnya dengan kardus bekas
- Masukkan 1 buah bantalan sekam/styroform ke dasar keranjang
- Taburkan kompos yang sudah jadi di atas bantalan
- Masukkan sampah organik yang telah dipotong kecil-kecil, aduk merata dengan kompos yang sudah jadi.
- Tutup campuran sampah tersebut dengan bantalan sekam/styroform, lalu tutup keranjang tersebut dengan tutup bambu (tampah)
- Letakkan komposter pada tempat yang sejuk, tidak terkena matahari langsung ataupun hujan. Hindarkan juga dari hewan seperti tikus ataupun kecoa.
- Setiap hari, masukkan sampah organik ke dalamnya dan diaduk, lalu tutup kembali keranjang. Proses memasukkan sampah dilakukan hingga keranjang penuh.
- Setelah penuh, biarkan sambil sesekali diaduk, setelah 4 minggu sampah-sampah organik telah menjadi kompos dan siap digunakan.
- Kompos yang telah matang berwarna hitam dan seperti tanah.
Terkadang timbul masalah dalam pembuatan kompos, diantaranya timbul belatung dan bau. Untuk mengatasi timbulnya belatung, cukup taburkan kapur kedalam komposter, sedangkan untuk mengatasi bau masukkan ampas kopi, atau kulit jeruk, atau letakkan dekat tanaman penyerap bau seperti sansiviera (jenis tanaman lidah mertua dll).
Mudah bukan pembuatannya, dan tentunya murah meriah jika dibandingkan membuat komposter menggunakan keranjang plastik. Kompos yang dipanen dapat kita gunakan untuk tanaman di rumah , di kebun, atau bahkan di sawah, atau dapat dijual juga. Penggunaan kompos (pupuk organik) ini lebih aman pada tanah dan tanaman dibandingkan dengan penggunaan pupuk kimia. Selamat mencoba…
Jumat, 01 April 2011
Free
Lirik lagu Sami Yusuf Free
What goes through your mind?
As you sit there looking at me
Well I can tell from your looks
That you think I’m so oppressed
But I don’t need for you to liberate me
My head is not bare
And you can’t see my covered hair
So you sit there and you stare
And you judge me with your glare
You’re sure I’m in despair
But are you not aware
Under this scarf that I wear
I have feelings, and I do care
CHORUS:
So don’t you see?
That I’m truly free
This piece of scarf on me
I wear so proudly
To preserve my dignity…
My modesty
My integrity
So don’t judge me
Open your eyes and see…
“Why can’t you just accept me?” she says
“Why can’t I just be me?” she says
Time and time again
You speak of democracy
Yet you rob me of my liberty
And all I want is equality
Why can’t you just let me be free?
For you I sing this song
My sister, may you always be strong
From you I’ve learnt so much
How you suffer so much
Yet you forgive those who laugh at you
You walk with no fear
Through the insults you hear
Your wish so sincere
That they’d understand you
But before you walk away
This time you turn and say:
But don’t you see?
That I’m truly free
This piece of scarf on me
I wear so proudly
To preserve my dignity
My modesty
My integrity
So let me be
She says with a smile
I’m the one who’s free
'@_@'
Stelah mendengar dan mengikuti lirik lagu ini, entah kenapa saya jadi suka skali dengan lagu ini,
yah.. karena syarat dengan perjuangan seorang muslimah, di tengah komunitasnya yang tak mendukung.. Karena dia etap percaya diri walau berbeda, tetap mulia di tengah rusaknya ummat, tetap bebas ditengah masyarakat terbelenggu dunia. It's the real freedom...
subhanallah...
What goes through your mind?
As you sit there looking at me
Well I can tell from your looks
That you think I’m so oppressed
But I don’t need for you to liberate me
My head is not bare
And you can’t see my covered hair
So you sit there and you stare
And you judge me with your glare
You’re sure I’m in despair
But are you not aware
Under this scarf that I wear
I have feelings, and I do care
CHORUS:
So don’t you see?
That I’m truly free
This piece of scarf on me
I wear so proudly
To preserve my dignity…
My modesty
My integrity
So don’t judge me
Open your eyes and see…
“Why can’t you just accept me?” she says
“Why can’t I just be me?” she says
Time and time again
You speak of democracy
Yet you rob me of my liberty
And all I want is equality
Why can’t you just let me be free?
For you I sing this song
My sister, may you always be strong
From you I’ve learnt so much
How you suffer so much
Yet you forgive those who laugh at you
You walk with no fear
Through the insults you hear
Your wish so sincere
That they’d understand you
But before you walk away
This time you turn and say:
But don’t you see?
That I’m truly free
This piece of scarf on me
I wear so proudly
To preserve my dignity
My modesty
My integrity
So let me be
She says with a smile
I’m the one who’s free
'@_@'
Stelah mendengar dan mengikuti lirik lagu ini, entah kenapa saya jadi suka skali dengan lagu ini,
yah.. karena syarat dengan perjuangan seorang muslimah, di tengah komunitasnya yang tak mendukung.. Karena dia etap percaya diri walau berbeda, tetap mulia di tengah rusaknya ummat, tetap bebas ditengah masyarakat terbelenggu dunia. It's the real freedom...
subhanallah...
Kamis, 31 Maret 2011
IPAL dan Biogas dari Limbah Tahu Sokaraja - Banyumas
Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Banyumas telah menerapkan teknologi dari Kementerian Ristek untuk pengolahan air limbah tahu di Kabupaten Banyumas. Pada kesempatan ini BLH membangun Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) tahu di Grumbul Muntuk Desa Sokaraja Tengah Kecamatan Sokaraja Kabupaten Banyumas yang didanai dari Dana Alokasi Khusus (DAK) dan APBD. Limbah yang dialirkan ke IPAL tersebut berasal dari limbah industri kecil tahu milik 18 orang pengrajin tahu, dengan total jumlah produksi tahu sebanyak 740 kg kedelai per hari. Adapun jumlah limbah cair (laru) yang dihasilkan kurang lebih 5000 – 6000 liter per hari.
IPAL tahu tersebut pada prinsipnya menggunakan proses anaerobik dan aerobik. Untuk proses anaerobik digunakan biodigester anaerobik filter, sedangkan proses aerobik digunakan trickling filter. Filter yang digunakan dalam digester berupa rumpon, yaitu bambu yang dipotong kecil (5cm) dan direndam dengan starter kotoran sapi. Demikian pula media filter pada trickling filter digunakan potongan bambu. Efisiensi penurunan BOD dan COD IPAL tahu ini kurang lebih 60%. Disamping sebagai pengolah limbah tahu, IPAL ini juga menghasilkan biogas yang saat ini dialirkan ke 26 kompor warga secara bergiliran. Sebelum digunakan, biogas yang dihasilkan dari digester limbah tahu ditampung pada gas holder berbentuk floating drum berbahan fiberglass.
Keberadaaan IPAL tahu ini telah mampu mengurangi tingkat pencemaran air di daerah industri tahu Grumbul Muntuk tersebut, dimana sebelumnya limbah tahu dibuang begitu saja tanpa pengolahan. Lingkungan yang dulu terlihat kotor dan bau, kini menjadi lebih baik karena limbah tahu sudah dialirkan ke IPAL. Manfaat lain yang didapatkan warga yaitu dengan adanya biogas yang dapat mereka manfaatkan untuk memasak. Meskipun demikian, masih ada beberapa kelemahan dari IPAL dan biogas ini, sehingga perlu analisis dan perbaikan agar bisa berjalan lebih optimal. Kelemahan tersebut diantaranya adalah lemahnya kesadaran warga untuk membuang laru tanpa tercampur dengan limbah lain (dari air cucian, dll), sehingga pembentukan gas methan pada digester kurang optimal. Perbaikan yang mungkin dilakukan adalah dibuatnya saluran khusus yang memperkecil kemungkinan masuknya limbah selain laru pada saluran tersebut, sehingga biogas dapat terbentuk lebih optimal. Keberhasilan IPAL dan biogas ini tidak akan pernah lepas dari partisipasi masyarakat, sehingga peran serta masyarakat setempat sangat dibutuhkan untuk keberlanjutan IPAL dan Biogas dari limbah tahu tersebut.
Langganan:
Postingan (Atom)