Kamis, 09 Juni 2011

Produksi Biogas Dari IPAL Tahu di Sokaraja Banyumas Meningkat

Instalasi Pengolahan Air Limbah dan Biogas dari Limbah Tahu di Desa Sokaraja Tengah ini Alhamdulillah telah beroperasi lebih dari 6 bulan. Satu unit IPAL dan Biogas dari limbah tahu ini dibuat oleh Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Banyumas dengan menerapkan teknologi dari Kementerian Ristek.

IPAL yang berkapasitas mengolah limbah kurang lebih 5000 liter per hari ini telah menghasilkan biogas yang dapat dimanfaatkan oleh 26 rumah tangga. Namun selama beroperasi memang ada beberapa kendala yang terjadi, sampai-sampai produksi biogas sempat turun dan masyarakat hanya bisa memanfaatkan biogas secara bergiliran 3 hari sekali.



Memang ada beberapa evaluasi dari perencanaan serta operasional IPAL tahu ini, diantaranya laru (limbah cair tahu) tidak langsung ditampung dalam pipa jaringan air limbah. Selama ini pengrajin tahu membuang laru begitu saja ke lantai tempat masak, baru setelah itu limbah mengalir ke pipa. Hal ini terkadang menyebabkan tercampurnya laru dengan cairan limbah lain (cucian, air hujan, dll). Disamping itu, laru bersifat sangat asam sehingga menggerus lantai yang diplester, akibatnya pasir pada lantai yang tergerus ikut terbawa ke jaringan pipa. Disamping itu, kurangnya disiplin pengrajin tahu yang terkadang membiarkan sampah plastik ikut terbawa ke jaringan pipa menyebabkan terakumulasinya sampah dan pasir di bak penampung awal. Hal ini menyebabkan kinerja pompa menurun, bahkan terjadi penyumbatan.



Dari permasalahan ini, telah dilakukan usaha untuk meningkatkan kembali produksi biogas. Diantaranya dengan menguras semua limbah pada bak penampung awal, menguras sebagian kecil sludge pada digester, dan membersihkan pompa. Setelah itu limbah dialirkan sebagaimana biasanya dengan menambah kapasitas limbah yang dipompakan ke digester. Dengan perlakuan ini ternyata biogas yang dihasilkan jauh lebih banyak dibanding sebelumnya.

Warga Grumbul Muntuk ini sekarang telah dapat memanfaatkan biogas setiap hari tanpa harus bergiliran karena peningkatan produksi biogas ini cukup signifikan. Jika dibandingkan dengan menggunakan minyak tanah atau LPG, tentunya biogas ini menjadi murah meriah bagi warga dan sangat menghemat pengeluaran ekonomi mereka. Jika diasumsikan pemakaian biogas tiap rumah tangga 2 jam per hari, dengan jumlah pemakai kompor biogas 26 rumah tangga, maka biogas yang dihasilkan IPAL ini per hari dapat mencapai kurang lebih 24 m3 biogas atau setara dengan 11 kg elpiji per hari atau 15 liter minyak tanah per hari. Dengan demikian dari 26 warga ini telah dapat menghemat setidaknya 1,65 juta rupiah per bulan, dan selama setahun nilai biogas yang dihasilkan IPAL tahu ini setara dengan 19,8 juta rupiah. Tentunya jumlah ini cukup banyak menguntungkan bagi pengguna biogas di Grumbul Muntuk ini disamping juga ramah lingkungan (penanggulangan pencemaran air dan mitigasi gas rumah kaca), sehingga teknologi ini perlu lebih banyak lagi diterapkan dan dikembangkan di tempat lain.

1 komentar:

  1. Bagaimana saya bisa mendapatkan design IPAL tahu ini untuk untuk diterapkan di tempat kami guna menekan dampak lingkungan yang diakibatkan.

    BalasHapus

Dadikdoank