Kamis, 31 Maret 2011
IPAL dan Biogas dari Limbah Tahu Sokaraja - Banyumas
Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Banyumas telah menerapkan teknologi dari Kementerian Ristek untuk pengolahan air limbah tahu di Kabupaten Banyumas. Pada kesempatan ini BLH membangun Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) tahu di Grumbul Muntuk Desa Sokaraja Tengah Kecamatan Sokaraja Kabupaten Banyumas yang didanai dari Dana Alokasi Khusus (DAK) dan APBD. Limbah yang dialirkan ke IPAL tersebut berasal dari limbah industri kecil tahu milik 18 orang pengrajin tahu, dengan total jumlah produksi tahu sebanyak 740 kg kedelai per hari. Adapun jumlah limbah cair (laru) yang dihasilkan kurang lebih 5000 – 6000 liter per hari.
IPAL tahu tersebut pada prinsipnya menggunakan proses anaerobik dan aerobik. Untuk proses anaerobik digunakan biodigester anaerobik filter, sedangkan proses aerobik digunakan trickling filter. Filter yang digunakan dalam digester berupa rumpon, yaitu bambu yang dipotong kecil (5cm) dan direndam dengan starter kotoran sapi. Demikian pula media filter pada trickling filter digunakan potongan bambu. Efisiensi penurunan BOD dan COD IPAL tahu ini kurang lebih 60%. Disamping sebagai pengolah limbah tahu, IPAL ini juga menghasilkan biogas yang saat ini dialirkan ke 26 kompor warga secara bergiliran. Sebelum digunakan, biogas yang dihasilkan dari digester limbah tahu ditampung pada gas holder berbentuk floating drum berbahan fiberglass.
Keberadaaan IPAL tahu ini telah mampu mengurangi tingkat pencemaran air di daerah industri tahu Grumbul Muntuk tersebut, dimana sebelumnya limbah tahu dibuang begitu saja tanpa pengolahan. Lingkungan yang dulu terlihat kotor dan bau, kini menjadi lebih baik karena limbah tahu sudah dialirkan ke IPAL. Manfaat lain yang didapatkan warga yaitu dengan adanya biogas yang dapat mereka manfaatkan untuk memasak. Meskipun demikian, masih ada beberapa kelemahan dari IPAL dan biogas ini, sehingga perlu analisis dan perbaikan agar bisa berjalan lebih optimal. Kelemahan tersebut diantaranya adalah lemahnya kesadaran warga untuk membuang laru tanpa tercampur dengan limbah lain (dari air cucian, dll), sehingga pembentukan gas methan pada digester kurang optimal. Perbaikan yang mungkin dilakukan adalah dibuatnya saluran khusus yang memperkecil kemungkinan masuknya limbah selain laru pada saluran tersebut, sehingga biogas dapat terbentuk lebih optimal. Keberhasilan IPAL dan biogas ini tidak akan pernah lepas dari partisipasi masyarakat, sehingga peran serta masyarakat setempat sangat dibutuhkan untuk keberlanjutan IPAL dan Biogas dari limbah tahu tersebut.
Langganan:
Postingan (Atom)