Setiap ada tindakan pidana, polisi siap sergap. Dalam hal lalu lintas pun, polisi tak kalah banyak, selalu siap bertindak. Bahkan saat ini, di setiap Bank pun ada polisi siap siaga. Saya jadi berpikir, seandainya ada Polisi Peduli Lingkungan atau boleh saja disingkat PolLink, yang siap bertindak dalam menjaga kelestarian lingkungan.
Berandai-andai boleh saja kan... Seandainya ada Polisi Peduli Lingkungan, maka jika ada yang buang sampah dan/atau merokok sembarangan,langsung kena denda... jika ada yang buang limbah ke sungai, langsung cekal..jika ada yang tebang pohon sembarangan atau membakar hutan, langsung hajarr.. Jika ada pabrik mencemari lingkungan, segera tutup... Kalau begini pasti tidak ada yang berani merusak atau mencemari lingkungan. Semua bersih, sehat, tertib, rapi, indah, nyaman, idaman setiap orang.
Ya, saya berandai-andai ada Polisi Peduli Lingkungan karena terkadang masyarakat kita perlu "pemaksaan" dalam hal penerapan aturan. Contohnya saja dalam hal berlalu lintas, jika polisi berjaga di posnya, mana ada yang berani menerobos lampu merah? Maka jika ada polisi berjaga di Pos 'Lingkungan', siapa juga yang hendak melanggar.
Mungkin kurang tepat jika saya hanya mengandaikan penegasan aturan melalui Polisi Peduli Lingkungan, karena akan terasa berat tanpa adanya kesadaran individu/kelompok/institusi. Namun menunggu penyadaran rasanya cukup sulit. Terkadang harus ada bencana atau musibah terlebih dahulu agar masyarakat sadar. Padahal berapa banyak kerugian yang dapat ditimbulkan akibat bencana, tentunya tidak sedikit, bahkan dapat merenggut nyawa. Meskipun demikian, proses penyadaran lingkungan sangatlah mungkin untuk dilakukan, tentunya dengan keikutsertaan semua pihak, dari pemerintah hingga seluruh lapisan masyarakat.
Nah, mungkin yang lebih tepat adalah menyertai penyadaran lingkungan dengan penegakan aturan. Agar setiap insan mampu melaksanakan kewajiban penjagaannya terhadap lingkungan, karena bumi ini hanyalah titipan Allah untuk kita, generasi sebelum kita, dan generasi setelah kita. Mari jaga bumi kita.
Polisi Peduli Lingkungan, Why not!!
Minggu, 29 Mei 2011
Senin, 23 Mei 2011
Komposter Keranjang Bambu
Terinspirasi dari Keranjang Takakura (alat pengomposan skala rumah tangga yang ditemukan Pusdakota bersama Pemerintah Kota Surabaya, Kitakyusu International Techno-cooperative Association, dan Pemerintahan Kitakyusu Jepang pada tahun 2005), kali ini saya mencoba menggunakan keranjang bambu sebagai alat pengomposan. Karena saya ingin mencoba model pengelolaan sampah organik yang murah meriah, sehingga lebih mudah diaplikasikan oleh seluruh lapisan masyarakat. Isi boleh sama, tapi kemasan berbeda.
Keranjang Bambu merupakan media yang sangat banyak kita jumpai dimanapun, dan harganya pun relatif lebih murah. Penggunaan keranjang bambu ini biasanya hanya sebatas untuk menampung sampah, sebagaimana yang sering kita lihat, tentunya sampah-sampah yang ditampung adalah sampah yang belum terpilah. Kali ini, coba kita praktikkan penggunaan keranjang bambu untuk komposter rumah tangga.
Sebagai warga negara yang baik, mari kita kita coba laksanakan apa yang diamanatkan oleh Undang-Undang no.18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah. Dalam Undang-undang tersebut disebutkan : "Setiap orang dalam pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga wajib mengurangi dan menangani sampah dengan cara yang berwawasan lingkungan". Nah, untuk itu mari kita pilah sampah mulai dari rumah kita masing-masing, pisahkan sampah anorganik dan sampah organik. Sampah anorganik masih bisa kita perlakukan 3R (Reuse, Reduce, Recycle) atau dijual, lumayan menghasilkan nilai ekonomis, sedangkan sampah organik kita persiapkan untuk dikomposkan menggunakan Keranjang Bambu.
Untuk membuat Komposter keranjang bambu mudah saja. Alat dan Bahan yang kita perlukan adalah :
- 1 Keranjang Bambu
- 1 Tutup keranjang Bambu (bisa dibeli dalam bentuk tampah)
- Kardus bekas (ukuran yang bisa dimasukkan ke keranjang bambu)
- 2 Bantalan sekam atau bantalan styroform (sekam/styroform dimasukkan ke dalam net, dibentuk seperti bantal seukuran alas dan atap keranjang)
- Kompos yang sudah jadi (secukupnya)
- 1 Pengaduk (bisa digunakan soled kayu, atau bilah)
- sampah organik (sisa sayuran, sisa makanan, kulit buah, dedaunan, dll)
Adapun pembuatan kompos menggunakan komposter bambu tersebut adalah sebagai berikut :
- Siapkan keranjang bambu, lapisi bagian dalamnya dengan kardus bekas
- Masukkan 1 buah bantalan sekam/styroform ke dasar keranjang
- Taburkan kompos yang sudah jadi di atas bantalan
- Masukkan sampah organik yang telah dipotong kecil-kecil, aduk merata dengan kompos yang sudah jadi.
- Tutup campuran sampah tersebut dengan bantalan sekam/styroform, lalu tutup keranjang tersebut dengan tutup bambu (tampah)
- Letakkan komposter pada tempat yang sejuk, tidak terkena matahari langsung ataupun hujan. Hindarkan juga dari hewan seperti tikus ataupun kecoa.
- Setiap hari, masukkan sampah organik ke dalamnya dan diaduk, lalu tutup kembali keranjang. Proses memasukkan sampah dilakukan hingga keranjang penuh.
- Setelah penuh, biarkan sambil sesekali diaduk, setelah 4 minggu sampah-sampah organik telah menjadi kompos dan siap digunakan.
- Kompos yang telah matang berwarna hitam dan seperti tanah.
Terkadang timbul masalah dalam pembuatan kompos, diantaranya timbul belatung dan bau. Untuk mengatasi timbulnya belatung, cukup taburkan kapur kedalam komposter, sedangkan untuk mengatasi bau masukkan ampas kopi, atau kulit jeruk, atau letakkan dekat tanaman penyerap bau seperti sansiviera (jenis tanaman lidah mertua dll).
Mudah bukan pembuatannya, dan tentunya murah meriah jika dibandingkan membuat komposter menggunakan keranjang plastik. Kompos yang dipanen dapat kita gunakan untuk tanaman di rumah , di kebun, atau bahkan di sawah, atau dapat dijual juga. Penggunaan kompos (pupuk organik) ini lebih aman pada tanah dan tanaman dibandingkan dengan penggunaan pupuk kimia. Selamat mencoba…
Keranjang Bambu merupakan media yang sangat banyak kita jumpai dimanapun, dan harganya pun relatif lebih murah. Penggunaan keranjang bambu ini biasanya hanya sebatas untuk menampung sampah, sebagaimana yang sering kita lihat, tentunya sampah-sampah yang ditampung adalah sampah yang belum terpilah. Kali ini, coba kita praktikkan penggunaan keranjang bambu untuk komposter rumah tangga.
Sebagai warga negara yang baik, mari kita kita coba laksanakan apa yang diamanatkan oleh Undang-Undang no.18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah. Dalam Undang-undang tersebut disebutkan : "Setiap orang dalam pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga wajib mengurangi dan menangani sampah dengan cara yang berwawasan lingkungan". Nah, untuk itu mari kita pilah sampah mulai dari rumah kita masing-masing, pisahkan sampah anorganik dan sampah organik. Sampah anorganik masih bisa kita perlakukan 3R (Reuse, Reduce, Recycle) atau dijual, lumayan menghasilkan nilai ekonomis, sedangkan sampah organik kita persiapkan untuk dikomposkan menggunakan Keranjang Bambu.
Untuk membuat Komposter keranjang bambu mudah saja. Alat dan Bahan yang kita perlukan adalah :
- 1 Keranjang Bambu
- 1 Tutup keranjang Bambu (bisa dibeli dalam bentuk tampah)
- Kardus bekas (ukuran yang bisa dimasukkan ke keranjang bambu)
- 2 Bantalan sekam atau bantalan styroform (sekam/styroform dimasukkan ke dalam net, dibentuk seperti bantal seukuran alas dan atap keranjang)
- Kompos yang sudah jadi (secukupnya)
- 1 Pengaduk (bisa digunakan soled kayu, atau bilah)
- sampah organik (sisa sayuran, sisa makanan, kulit buah, dedaunan, dll)
Adapun pembuatan kompos menggunakan komposter bambu tersebut adalah sebagai berikut :
- Siapkan keranjang bambu, lapisi bagian dalamnya dengan kardus bekas
- Masukkan 1 buah bantalan sekam/styroform ke dasar keranjang
- Taburkan kompos yang sudah jadi di atas bantalan
- Masukkan sampah organik yang telah dipotong kecil-kecil, aduk merata dengan kompos yang sudah jadi.
- Tutup campuran sampah tersebut dengan bantalan sekam/styroform, lalu tutup keranjang tersebut dengan tutup bambu (tampah)
- Letakkan komposter pada tempat yang sejuk, tidak terkena matahari langsung ataupun hujan. Hindarkan juga dari hewan seperti tikus ataupun kecoa.
- Setiap hari, masukkan sampah organik ke dalamnya dan diaduk, lalu tutup kembali keranjang. Proses memasukkan sampah dilakukan hingga keranjang penuh.
- Setelah penuh, biarkan sambil sesekali diaduk, setelah 4 minggu sampah-sampah organik telah menjadi kompos dan siap digunakan.
- Kompos yang telah matang berwarna hitam dan seperti tanah.
Terkadang timbul masalah dalam pembuatan kompos, diantaranya timbul belatung dan bau. Untuk mengatasi timbulnya belatung, cukup taburkan kapur kedalam komposter, sedangkan untuk mengatasi bau masukkan ampas kopi, atau kulit jeruk, atau letakkan dekat tanaman penyerap bau seperti sansiviera (jenis tanaman lidah mertua dll).
Mudah bukan pembuatannya, dan tentunya murah meriah jika dibandingkan membuat komposter menggunakan keranjang plastik. Kompos yang dipanen dapat kita gunakan untuk tanaman di rumah , di kebun, atau bahkan di sawah, atau dapat dijual juga. Penggunaan kompos (pupuk organik) ini lebih aman pada tanah dan tanaman dibandingkan dengan penggunaan pupuk kimia. Selamat mencoba…
Langganan:
Postingan (Atom)